Setelahbeberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu. Setelah ditemukan mikroskop, Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya mikroorganisme (animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini seolah-olah menguatkan teori Abiogenesis.
answer- Adanya microorganisme pada rendaman jerami yang teramati dengan mikroskop buatan antonie van leuwenhoek pada abad ke 14 ditafsirkan sebagai gejala
NDJawaban yang benar adalah E. Abiogenesis. Pembahasan Antonie van Leeuwenhoek berhasil membuat mikroskop. Kemudian ia melakukan pengamatan terhadap air jerami dan menemukan bahwa ada protozoa di dalam air jerami tersebut. Antonie van Leeuwenhoek menarik kesimpulan bahwa protozoa tersebut berasal dari air rendaman jerami yang merupakan benda mati. Berdasarkan hasil pengamatannya tersebut, Antonie menjadi penganut teori abiogenesis. Teori Abiogenesis merupakan teori asal-usul kehidupan yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati. Simpulan Jadi, adanya mikroorganisme pada rendaman jerami yang teramati dengan mikroskop buatan Antonie Van Leeuwenhoek pada akhir abad ke XIV ditafsirkan sebagai gejala abiogenesis opsi E.Yah, akses pembahasan gratismu habisDapatkan akses pembahasan sepuasnya tanpa batas dan bebas iklan!
Mencegahadanya erosi; Pupuk kandang banyak mengandung mikroorganisme yang dapat membanru pembetukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat digantikan
ArticlePDF AvailableAbstractdilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka positif Covid-19 akibat dari dampak kenaikan kasus yang sangat tinggi di Indonesia menuntut masyarakat agar membatasi kegiatan diluar rumah. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat diluar rumah membuat masyarakat harus menyimpan dan mengolah makanan dengan benar dan mengurangi frekuensi belanja ke pasar atau keluar rumah sekadar untuk membeli makanan. Pengawetan makanan adalah salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan daya simpan suatu makanan. Ada banyak cara yang digunakan untuk mengawetkan makanan baik secara alami atau dengan menggunakan bahan kimia. Salah satu contohnya adalah pengawetan menggunakan air rendaman abu jerami atau lebih dikenal dengan air ki. Tujuan dari artikel ini adalah menganalisis efektifitas penggunaan air rendaman abu jerami sebagai pengawet alternatif dan sebagai pengawet alami pada makanan. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan mengkaji dan melakukan analisis berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh bahwa penambahan konsentrasi air rendaman abu jerami kedalam bahan makanan terbukti menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan efektif untuk mengawetkan makanan dengan memperpanjang daya simpan makanan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan air rendaman abu jerami terhadap daya simpan suatu bahan makanan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 1 Vol. 4, No. 1, Juni 2021, pp. 1-12 jfc Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami Untuk Bahan Makanan Siti Umairaa,1,*, Agil Dhiemitra Aulia Dewib,2, Astari Puruhita Ansokowatib,3 a, b Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Asyiyah Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat DIY 55592, Indonesia 1 2 agildhiemitra 3 astaripuruhita * penulis korespondensi ABSTRACT The implementation of the new rule, the Enforcement of Restrictions on Community Activities PPKM is carried out by the government to suppress the positive cases of Covid-19 due to the impact of a very high increase in cases in Indonesia demanding that people limit activities outside the home. Restrictions on community activities outside the home make people have to store and process food properly and reduce the shopping frequency to the market or out of the house just to buy food. Food preservation is one of the techniques used to increase the shelf life of a food. There are many ways used to preserve food either naturally or by using chemicals. One example is the preservation using straw ash soaking water or better known as ki water. The purpose of this article is to analyze the effectiveness of the use of straw ash soaking water as an alternative preservative and as a natural preservative in food. This research uses the library study method by reviewing and analyzing various literature related to this research. Based on the analysis of data obtained that the addition of the concentration of straw ash soaking water into foodstuffs proved to inhibit the growth of microorganisms and effective to preserve food by extending the shelf life of food. This research is expected to be the basis for further research on the effect of adding straw ash soaking water to the shelf life of a foodstuff. Keywords foodstuffs, natural preservatives, water soaking straw ash ABSTRAK Penerapan aturan baru yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat PPKM dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka positif Covid-19 akibat dari dampak kenaikan kasus yang sangat tinggi di Indonesia menuntut masyarakat agar membatasi kegiatan diluar rumah. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat diluar rumah membuat masyarakat harus menyimpan dan mengolah makanan dengan benar dan mengurangi frekuensi belanja ke pasar atau keluar rumah sekadar untuk membeli makanan. Pengawetan makanan adalah salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan daya simpan suatu makanan. Ada banyak cara yang digunakan untuk mengawetkan makanan baik secara alami atau dengan menggunakan bahan kimia. Salah satu contohnya adalah pengawetan menggunakan air rendaman abu jerami atau lebih dikenal dengan air ki. Tujuan dari artikel ini adalah menganalisis efektifitas penggunaan air rendaman abu jerami sebagai pengawet alternatif dan sebagai pengawet alami pada makanan. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan mengkaji dan melakukan analisis berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh bahwa penambahan konsentrasi air rendaman abu jerami kedalam bahan makanan terbukti menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan efektif untuk mengawetkan makanan dengan memperpanjang daya simpan makanan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan air rendaman abu jerami terhadap daya simpan suatu bahan makanan. Kata Kunci air rendaman abu jerami, bahan makanan, bahan pengawet alami. Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 2 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … 1. Pendahuluan Coronaviruses CoV atau dikenal dengan Covid-19 merupakan virus corona baru yang ditemukan pertama kali di kota Wuhan dan World Health Organization WHO telah menetapkan Corona Virus Disease 2019 COVID-19 sebagai pandemi global pada Rabu, 11 Maret 2020 Gugus Tugas Covid-19, 2020. Pada tanggal 26 januari 2021 kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah menjadi orang dan lonjakan kasus ini membuat total kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi orang dan merupakan rekor penambahan kasus yang cukup memprihatinkan Satgas COVID-19, 2021. Lonjakan kasus Covid-19 menyebabkan pemerintah memberlakukan Perlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM sesuai dengan aturan Instruksi Mendagri No. 01 Tahun 2021 untuk mengendalikan kasus penyebaran Covid-19. Dampak dari kegiatan PPKM ini membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah mulai dari work form home, berkomunikasi dan belajar secara online sehingga membuat kita perlu menyetok bahan makanan dan mengetahui cara menyimpan serta mengelola makanan selama masa pandemi ini dan mengurangi pemborosan makanan. Berdasarkan mudahnya terjadi kerusakan maka makanan dapat dikategorikan menjadi 3 golongan, yaitu makanan tidak mudah rusak non perishable foods, makanan yang agak mudah rusak semi perishable foods dan makanan yang mudah rusak perishable foods Muntikah and Razak, 2017. Kerusakan bahan pangan dalan dilihat dari perubahan fisik meliputi sifat organoleptic seperti warna, bau, tesktur atau bentuk dan perubahan kimiawi meliputi komponen penyusunnya seperti kadar air, karbohidrat, protein, atau lemak sehingga pengelolaan dan penyimpanan makanan menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas dan mutu bahan makanan. Secara umum penyebab kerusakan pada mie basah dan tahu adalah mengandung kadar air yang tinggi. Kandungan air pada tahu sekitar 86% Cholifah, Hendrarini and Amri, 2017 sedangkan pada mie basah 52% sehingga daya tahan simpannya relative singkat Astawan, 2006. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal metabolisme maupun masuknya mikroba perusak. Pengawetan makanan adalah salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan daya simpan suatu makanan. Tujuan dilakukannya pengawetan yang paling penting yaitu untuk mencegah terjadinya kerusakan sehingga dapat memperpanjang daya simpan suatu makanan serta mempertahankan mutunya, dan mempermudah proses penanganan, penyimpanan dan pengangkutan Muntikah and Razak, 2017. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengawetkan makanan baik dengan metode alami seperti pengasapan atau secara modern seperti penggunaan bahan kimia atau pengalengan. Namun tidak sedikit juga masik banyak oknum pedagang yang menggunakan bahan kimia berbahaya untuk mengawetkan makanan. Seperti tinjauan lapangan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan kota Yogyakarta pada tahun 2019 di Pasar Argosari Wonosari, Kabupaten Gunungkidul ditemukan ada 3 jenis makanan yang mengandung positif formalin yaitu ikan teri, teri nasi dan cumi keri Ayoyogya, 2019. Selain itu data dari uji formalin terhadap sampel tahu pada tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 768 sampel produk tahu yang diambil secara acak dari beberapa kota di Indonesia terdapat Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 3 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … sekitar 123 produk tahu yang mengandung formalin atau boraks Wahidin, As'ad, Laksmisari, and Ramadhani, 2019. Fenomena penggunaan formalin pada makanan ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahan pengawet yang telah diizinkan oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 di kota Semarang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara pengetahuan pedagang mengenai penggunaan formalin dalam makanan Aziza, Rahfiludin and Pangestuti, 2017. Air rendaman abu jerami atau lebih dikenal dengan air ki adalah air saringan hasil endapan abu jerami yang sudah melalui proses pembakaran dan perendaman selama beberapa hari. Air rendaman abu jerami merupakan produk pengembangan bahan pengawet alami yang dapat mengawetkan pangan hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Yuliana, Widyastuti dan Werdiningsih 2018 bahwa rendaman air abu jerami dapat meningkatkan daya simpan pada mie basah selama 30 jam yang terbuat dari tepung mocaf dengan penambahan konsentrasi air rendaman abu jerami sekitar 5% Yuliana, Widyastuti and Werdiningsih, 2018. Penggunaan bahan pengawet sintetis dan berbahaya yang berlebihan harus diimbangi dengan upaya pengembangan bahan pengawet alami yang aman dengan metode menghambat pertumbuhan bakteri. Tahu yang telah direndam dengan air ki konsentrasi 50% terbukti dapat menghambat adanya pertumbuhan mikroba dan bakteri Penelitian lain mengatakan bahwa konsentrasi pektin yang terdapat didalam jerami sekitar gram terbukti mampu mengawetkan buah strawberi selama 28 hari Fajar, Maulana and Dasuki, 2015. Selain itu penelitian menggunakan sampel mie tiaw menunjukkan konstrasi air kki yang paling tepat sebagai bahan pengawet alami adalah konsentrasi 2,5% Yulia, 2017. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan air ki sebagai bahan pengawet karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Fokus utama dalam literatur review ini adalah untuk mengetahui keefektifan dari penambahan air ki pada berbagai bahan makanan sebagai bahan pengawet alami sehingga dapat dikembangkan menjadi bahan pengawet alami yang tidak membahayakan kesehatan manusia. 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan literature review dengan melakukan pengkajian dan menganalisis mengenai hasil penelitian yang terkait dengan potensi penambahan air rendaman abu jerami untuk meningkatkan daya simpan bahan makanan melalui pencarian literature yang berkaitan dengan menggunakan database dari berbagai referensi, seperti jurnal penelitian, dan data-data yang berkaitan dengan potensi air rendaman abu jerami sebagai bahan pengawet alternatif. Tahap awal adalah pencarian artikel jurnal dan ditemukan 24 artikel yang berkaitan. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 7 artikel yang Dianggap relevan dan dari jumlah tersebut 6 artikel yang memiliki kriteria penuh. Kriteria inklusi artikel adalah publikasi dari tahun 2010-2020, full paper, artikel berbahasa Indonesia dan Inggris, dengan kata kunci Air Rendaman Abu Jerami, Air Ki’, dan Bahan Pengawet Alami’. Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 4 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil kajian terhadap penggunaan bahan pengawet alternatif dan alami melalui penambahan konsentrasi air rendaman abu jerami untuk memperpanjang daya simpan bahan makanan, maka didapatkan bahwa penambahan air rendaman abu jerami terbukti dapat memperpanjang daya simpan bahan makanan. Jerami yang digunakan untuk pembuatan air ki atau air rendaman abu jerami mengandung sekitar 32% selulosa, 24% hemiselulosa dan mengandung lignin. Tangkai dan batang dari jerami yang keras mengandung lignin, sehingga dapat memberikan struktur keras pada padi. Kandungan lignin yang terdapat didalam jerami dapat mengalami proses pirolisis melalui proses pemanasan dan menghasilkan senyawa antimikroba sehingga dapat berperan dalam meningkatkan daya simpan bahan makanan Yulia, 2017. Pengaruh Penambahan Air Ki Terhadap Warna Bahan Makanan Warna merupakan suatu sifat fisik yang terdapat pada makanan. Mutu pangan terdiri dari beberapa aspek yaitu aspek gizi kalori, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain-lain, aspek selera indrawi, rasa, menarik, segar, aspek bisnis standar mutu, kriteria mutu serta aspek kesehatan jasmani dan rohani Christine F. M., 2016. Warna pada bahan makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktifitas enzim, pigmen yang terkandung dalam bahan makanan, proses pengolahan, asam-asam organik, dan penambahan zat pewarna buatan Christine F. M., 2016. Penelitian mengenai penambahan air rendaman abu jerami atau air ki kedalam bahan makanan dan pengaruhnya terhadap warna bahan makanan disajikan dalam Tabel Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2020 Ditemukan efek yang nyata pada warna tahu dengan penambahan air ki dengan berbagai variasi. Konsentrasi yang paling efektif untuk dijadikan sebagai bahan pengawet alami pada tahu adalah penambahan konsentrasi air ki 5%, karena pada hari keempat perendaman warna tahu berubah menjadi putih kekuningan sementara konsentrasi 2%, 3%, 4%, dan 6% sudah berubah menjadi putih kecoklatan. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Wahidin 2019 penambahan konsentrasi air ki semakin tinggi dapat menyebabkan perubahan warna pada tahu sehingga diperlukan konsentrasi yang tepat agar tidak mempengaruhi warna dan kualitas pada tahu. Hasil penelitian pada penambahan air ki pada mie basah juga memiliki efek yang positif terhadap warna mie basah. Penambahan air ki dan sari kunyit pada mie basah menghasilkan warna kuning kemerahan, akibat penambahan sari kunyit ini warna mie basah yang dihasilkan adalah warna kuning kemerahan yang disebabkan oleh pigmen alami didalam kunyit yaitu kurkuminoid Yuliana, Widyastuti and Werdiningsih, 2018. Pengujian yang dilakukan dengan melibatkan panelis untuk menilai warna pada mie basah yang diamati menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai warna mie basah dengan penambahan konsentrasi air ki 5% dan sari kunyit 1% Serie, Nur’aini and R. Hidaiyanti, 2014. Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 5 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … Tabel Pengaruh Penambahan Air Ki Terhadap Warna Pemberian air ki konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5% dan 6% pada tahu dan dilakukan perendaman selama 4 hari Hasil analisis didapatkan bahwa penambahan air ki berpengaruh terhadap warna tahu. Konsentrasi 5% larutan yang efisien dalam pengawetan tahu Wulandari, Azizah and Choiruddin, 2020. Pemberian air ki konsentrasi 0%, 40% dan 50% pada tahu dan dilakukan perendaman selama 3 hari Hasil analisis didapatkan semakin tinggi konsentrasi air ki yang ditambahkan dapat menyebabkan perubahan warna pada tahu Wahidin, As'ad, Laksmisari, and Ramadhani, 2019. Pemberian ekstrak abu jerami konsentrasi 3%, 5% dan 7% serta penambahan sari kunyit 1% dan 1,5% dan uji hedonik Hasil analisis didapatkan bahwa konsentrasi air ki 5% dan air kunyit 1% warnanya lebih disukai oleh panelis Serie, Nur’aini and R. Hidaiyanti, 2014. Pemberian air ki konsentrasi 5% dan sari kunyit 4% dan uji hedonik Hasil analisis didapatkan bahwa terjadi perubahan warna pada mie basah dengan penambahan air ki dan sari kunyit. Yuliana, Widyastuti and Werdiningsih, 2018. Pemberian air ki konsentrasi 0%, 0,5%, dan 1% dan kelompok lama penyimpanan terdiri dari 0 hari, 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Hasil analisis didapatkan bahwa terjadi perubahan warna dan warna cumi-cumi asap yang dihasilkan adalah kekuningan dan sedikit cemerlang. Dahlia and Pulungan, 2011. Tabel 3 menunjukkan sampel snack cumi-cumi asap dengan penambahan air ki yang terdiri dari tiga konsentrasi yaitu 0%, 0,5% dan 1% didapatkan nilai rupa warna pada konsentrasi 1% terendah dan konsentrasi 0% adalah yang tertinggi. Sehingga penambahan air ki pada snack cumi-cumi asap memiliki efek yang nyata terhadap warna pada sampel. 3. 2 Pengaruh Penambahan Air Ki Terhadap Rasa Bahan Makanan Parameter rasa menjadi salah satu aspek penting yang harus diamati, sehingga bahan makanan yang dihasilkan memiliki rasa yang normal, tidak basi, tidak tejadi penurunan mutu dan aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. Secara subyektif, citarasa dapat juga diamati dengan uji organoleptik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 6 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … penambahan beberapa konsentrasi air rendaman abu jerami kedalam bahan makanan diperoleh data yang disajikan pada Tabel Tabel Pengaruh Penambahan Air Ki Terhadap Rasa Pemberian air ki konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5% dan 6% pada tahu dan dilakukan perendaman selama 4 hari dan uji hedonik Hasil analisis didapatkan bahwa penelis lebih menyukai rasa tahu dengan konsentrasi 5%. Wulandari, Azizah and Choiruddin, 2020. Pemberian air ki konsentrasi 0%, 40% dan 50% pada tahu dan uji organoleptik dilakukan oleh 40 panelis Hasil analisis didapatkan bahwa panelis lebih menyukai rasa tahu dengan konsentrasi air ki 50%. Wahidin, As'ad, Laksmisari, and Ramadhani, 2019. Pemberian ekstrak abu jerami konsentrasi 3%, 5% dan 7% serta penambahan sari kunyit 1% dan 1,5% dan uji DMRT Hasil analisis didapatkan bahwa konsentrasi air ki 5% dan air kunyit 1% berpeluang diterima oleh konsumen. Serie, Nur’aini and R. Hidaiyanti, 2014. Pemberian air ki konsentrasi 5% dan sari kunyit 4% dan uji organoleptic rasa secara hedonik dan skoring Hasil analisis didapatkan bahwa terjadi penurunan rasa pada mie basah selama penyimpanan Yuliana, Widyastuti and Werdiningsih, 2018. Pemberian air ki konsentrasi 0%, 0,5%, dan 1% dan kelompok lama penyimpanan terdiri dari 0 hari, 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Hasil analisis didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi abu merang semakin menurun rasa snack cumi-cumi asap Dahlia and Pulungan, 2011. Secara keseluruhan penambahan air rendaman abu jerami terhadap bahan makanan berkorelasi positif terhadap rasa pada sampel tahu dan mie basah dengan uji DMRT. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2020 pada sampel tahu ditemukan bahwa sampel tahu yang paling disukai oleh panelis adalah tahu dengan konsentrasi air ki 5%. Dan pada mie basah yang dilakukan penelitian oleh Serie 2014 mie basah yang berpeluang paling besar untuk disukai oleh konsumen pasar adalah mie basah dengan konsentrasi air ki 5% dan sari kunyit 1%. Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 7 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … 3. 3 Pengaruh Penambahan Air Ki Terhadap Aroma Bahan Makanan Aroma adalah bau yang ditangkap oleh indera penciuman dari suatu bahan makanan. Aroma pada bahan makanan tentu menjadi daya tarik bahan makanan tersebut sehingga memainkan peran yang cukup penting dalam sebuah industri makanan Tarwendah, 2017. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 3 yang melibatkan beberapa panelis pada sampel mie basah didapatkan bahwa Penambahan air ki memiliki efek yang nyata pada aroma mie basah, hal ini terbukti bahwa mie basah dengan perlakuan menghasilkan aroma yang berbeda dengan mie basah tanpa perlakuan Serie, Nur’aini and R. Hidaiyanti, 2014. Hal ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Yuliana 2018 bahwa semakin lama penyimpanan pada mie basah dengan perlakuan membuat penurunan pada aroma mie basah. Sedangkan pada sampel tahu dengan penambahan air ki selama perendaman didapatkan bahwa pada konsentrasi 5% dari 100 ml aquadest pada hari pertama perendaman bau yang dihasilkan masih dikategorikan normal Wulandari, Azizah and Choiruddin, 2020. Tabel Pengaruh Penambahan Air Ki Terhadap Aroma Pemberian air ki konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5% dan 6% pada tahu dan dilakukan perendaman selama 4 hari Hasil analisis didapatkan bahwa konsentrasi 5% lebih efektif. Wulandari, Azizah and Choiruddin, 2020. Pemberian air ki konsentrasi 0%, 40% dan 50% pada tahu dan dilakukan perendaman selama 3 hari Hasil analisis didapatkan bahwa konsentrasi 40% lebih efektif. Wahidin, As'ad, Laksmisari, and Ramadhani, 2019. Pemberian ekstrak abu jerami konsentrasi 3%, 5% dan 7% serta penambahan sari kunyit 1% dan 1,5% dan uji DMRT Hasil analisis didapatkan bahwa penambahan air ki memiliki efek yang positif terhadap bau mie basah. Serie, Nur’aini and R. Hidaiyanti, 2014. Pemberian air ki konsentrasi 5% dan sari kunyit 4% dan uji organoleptik rasa secara skoring dan hedonik Hasil analisis didapatkan bahwa semakin lama penyimpanan menyebabkan penurunan aroma mie basah. Yuliana, Widyastuti and Werdiningsih, 2018. Pemberian air ki konsentrasi 0%, 0,5%, dan 1% dan kelompok lama penyimpanan terdiri dari 0 hari, 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Rata-rata nilai bau dapat dikategorikan sebagai kurang harum dan tanpa bau mengganggu. Dahlia and Pulungan, 2011. Sedangkan pada sampel snack cumi-cumi asap penambahan air ki pada sampel yang terlalu tinggi juga akan mempengaruhi aroma atau bau pada snack cumi-cumi asap. Dan Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 8 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … hasil menunjukkan bahwa aroma rata-rata pada snack cumi-cumi asap yaitu kurang harum sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan air ki memiliki efek yang nyata terhadap bau snack cumi-cumi asap. Dahlia and Pulungan, 2011. Pengaruh Penambahan Air Rendaman Abu Jerami Terhadap Tekstur Bahan Makanan Atribut sensori yang selanjutnya diperhatikan adalah tekstur. Tekstur mencangkup dari kekentalan atau viskositas suatu bahan makanan merupakan suatu respon dari tactile sense terhadap bentuk rangsangan fisik ketika melakukan kontak dengan rongga mulut terhadap suatu makanan Tarwendah, 2017. Pengamatan dari segi tekstur bahan makanan yang sudah diberi perlakuan penambahan konsentrasi air ki disajikan pada Tabel Berdasarkan hasil data pada Tabel dapat diintreprestasikan bahwa tekstur tahu dengan Penambahan air ki 5% tidak Berkorelasi positif dengan tekstur tahu karena tahu yang dihasilkan selama perendaman lunak dengan bau yang asam. Sehingga penambahan air ki dapat mempengaruhi tekstur tahu. Sementara penambahan air ki sekitar 50% memberikan efek yang positif pada tekstur tahu karena selama 3 hari perendaman tekstur tahu yang dihasilkan normal. Tabel Pengaruh Penambahan Air Ki Terhadap Tekstur Pemberian air ki konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5% dan 6% pada tahu dan dilakukan perendaman selama 4 hari Hasil analisis didapatkan bahwa tidak memiliki efek yang positif terhadap tekstur tahu. Wulandari, Azizah and Choiruddin, 2020. Pemberian air ki konsentrasi 0%, 40% dan 50% pada tahu dan dilakukan perendaman selama 3 hari Hasil analisis didapatkan bahwa konsentrasi 50% lebih efektif. Wahidin, As'ad, Laksmisari, and Ramadhani, 2019. Pemberian ekstrak abu jerami konsentrasi 3%, 5% dan 7% serta penambahan sari kunyit 1% dan 1,5% dan uji DMRT Hasil analisis didapatkan bahwa memiliki efek yang positif terhadap kekenyalan mie basah. Serie, Nur’aini and R. Hidaiyanti, 2014. Pemberian air ki konsentrasi 0%, 0,5%, dan 1% dan kelompok lama penyimpanan terdiri dari 0 hari, 5 hari, 10 hari dan 15 hari. Hasil analisis didapatkan bahwa penambahan air ki memiliki efek yang positif terhadap tekstur. Dahlia and Pulungan, 2011. Sedangkan secara keseluruhan pada sampel mie basah dan snack cumi-cumi asap dengan penambahan air ki mempengaruhi tekstur pada sampel. Mie basah dengan konsentrasi air ki 5% dan sari kunyit 1% adalah yang paling efektif dan berpeluang paling diterima oleh konsumen karena secara keseluruhan hasil nilai rata-rata mie dengan Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 9 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … konsentrasi air ki 5% dan sari kunyit 1% adalah yang tertinggi dan disukai oleh panelis Serie, Nur’aini and R. Hidaiyanti, 2014. Pada sampel snack cumi-cumi asap dengan penambahan air ki didapatkan bahwa rata-rata tekstur pada snack cumi-cumi asap meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi air ki yang tinggi Dahlia and Pulungan, 2011. Pengaruh Penambahan Air Rendaman Abu Jerami Terhadap Kandungan Mikroba Efektivitas penambahan variasi konsentrasi air ki kedalam tahu untuk melihat konsentrasi mana yang lebih tepat untuk digunakan sebagai bahan pengawet alami, Didapatkan bahwa hasil penelitian yang menujukkan konsentrasi air ki 5% dan 50% terbukti efektif dijadikan sebagai bahan pengawet alami untuk tahu sehingga dapat meningkatkan daya simpan tahu. Sehingga disarankan untuk menggunakan campuran air ki dengan konsentrasi 5% atau 50% untuk mengawetkan tahu. Namun perlu juga melihat dari segi rasa, tekstur, aroma,perubahan warna pada tahu dan cemaran mikrobanya sehingga dapat menggunakan konsentrasi yang sesuai dengan efektifitasnya. Pada Tabel disajikan hasil uji mikroba pada tahu yang sudah direndam dengan air ki, menunjukkan bahwa tahu dengan konsentrasi air ki 50% memiliki efek yang positif untuk dijadikan sebagai pengawet pada tahu karena dapat menghambat adanya pertumbuhan mikroba dan bakteri Tahu dengan penambahan konsentrasi air ki 5% belum dilakukan uji mikroba sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut lagi mengenai hasil uji mikroba pada tahu dengan konsentrasi air ki 5%. Tabel Hasil Uji Mikrobiologi TPC dan pada Tahu Wahidin, As'ad, Laksmisari, and Ramadhani, 2019. Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 10 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan pada sampel mie tiaw didapatkan bahwa penambahan konsentrasi air ki sekitar 2,5% terbukti efektif dapat mengawetkan mie tiaw ditunjukkan dengan uji angka kuman yang disajikan pada Tabel Didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi air ki angka kuman pada mie tiaw semakin kecil yang artinya semakin tinggi daya simpannya Yulia, 2017. Tabel Hasil Penelitian Angka Kuman Pada Mie Tiaw Angka Kuman x 106 kol/gram Sehingga pengawetan menggunakan air rendaman abu jerami merupakan cara tradisional dengan memanfaatkan rempah-rempah atau tanaman yang memiliki kandungan antimikroba, jerami sendiri memiliki kandungan lignin sehingga adanya kandungan ini dapat berperan untuk menghambat terjadinya kerusakan pada bahan makanan akibat tumbuhnya mikroorganisme Wijaya, Mulyono and Afandi, 2012. Selain itu adanya kandungan antimikroba lain seperti kandungan kalium natrium yang berperan sebagai zat antimikroba yang dapat menghambat adanya pembusukan juga berperan sebagai bahan pengawet Desrosier, 2008. Tabel Hasil Pengamatan Total Kapang Mie Basah Selama Penyimpanan Suhu Ruang Penambahan rempah-rempah seperti kunyit, jahe, dan bawang putih juga dapat dikenal sebagai pengawetan tradisional oleh kalangan masyarakat Indonesia. Penambahan air ki dan sari kunyi pada mie basah yang terbuat dari tepung mocaf terbukti dapat meningkatkan daya simpan mie basah dalam waktu sekitar 30 jam Yuliana, Widyastuti and Werdiningsih, 2018. Hal ini juga sejalan dengan penelitian penambahan air ki dan sari kunyit kedalam mie basah yang mampu menahan pertumbuhan kapang karena jumlah kapang selama penyimpanan 0-36 jam tidak melewati batas SNI yang ditunjukkan dari Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 11 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … hasil total kapang yang rendah yaitu < × 102 CFU/gram yang disajikan pada Tabel Yuliana, Widyastuti and Werdiningsih, 2018. Adanya penambahan sari kunyit yang mengandung senyawa kurkumin yaitu senyawa antimikroba sehingga dapat dijadikan juga dijadikan sebagai bahan pengawet alami. Proses pengasapan dan penambahan air ki pada snack cumi-cumi asap juga dapat meningkatkan daya simpan makanan tersebut. Selama proses pengasapan akan terbentuk senyawa fenol yaitu suatu senyawa antimikroba yang dapat menghambat dan membunuh mikroorganisme sehingga meningkatkan daya simpan. Selain itu proses pengasapan juga mengurangi kadar air pada snack cumi-cumi asap. Jika suatu bahan makanan memiliki kandungan air yang tinggi akan mempengaruhi perubahan kimia sehingga menentukan kandungan mikroba pada suatu produk pangan Herawati, 2008. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil literature review ini diketahui bahwa penambahan air ki pada tahu, mie basah dan cumi-cumi asap terbukti dapat dijadikan sebagai bahan pengawet alternatif pada bahan makanan karena dapat meningkatkan daya tahan makanan dan menghambat pertumbuhan bakteri karena kandungan lignin dan kalium natrium yang terdapat didalam jerami. Masih kurangnya penelitian lebih lanjut mengenai penambahan air rendaman abu jerami sebagai bahan pengawet pada bahan makanan, sehingga diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk dilakukannya penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh penambahan air rendaman abu jerami terhadap daya simpan suatu bahan makanan juga pengaruh terhadap kandungan gizi bahan makanan tersebut. 5. Ucapan Terima Kasih Dalam penulisan penelitian ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Agil Dhiemitra Aulia Dewi, dan ibu Astari Puruhita Ansokowati, MPH. sebagai dosen pembimbing yang telah membantu memberikan masukan dan dukungan dalam penulisan artikel penelitian ini. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada orang tua saya atas doa dan dukungannya sehingga dapat menyelesaikan penulisan artikel penelitian ini dengan lancar dan tepat waktu. Pustaka Astawan, M. 2006 Membuat Mie dan Bihun. Jakarta Penebar Swadaya. Ayoyogya 2019 BPOM DIY Ada 3 Jenis Makanan Berformalin di Pasar Argosari. Available at Aziza, M. U., Rahfiludin, M. zen and Pangestuti, D. R. 2017 Perbedaan Kadar Formalin Pada Tahu Putih Di Tingkat Produsen Dan Pedagang Kota Semarang Tahun 2016’, 5. Available at Cholifah, N., Hendrarini, L. and Amri, C. 2017 Pemanfaatan Bawang Putih dan Daun Journal of Food and Culinary e-ISSN 2621-8445 p-ISSN 2621-8437 12 Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12 Siti Umaira, dkk Potensi Penambahan Aerami Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alami … Pandan sebagai Pengawet Alami Tahu Ditinjau dari Masa Simpan dan Tingkat Kesukaan’, Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkungan, 91, p. 10. doi Christine F. M. 2016 Pengawasan Mutu Dan Keamanan Pangan, Journal of Physics A Mathematical and Theoretical. UNSRAT PRESS Manado. doi Dahlia and Pulungan, A. R. 2011 Penggunaan Abu Merang Padi Oryza Sativa Untuk Pengolahan Snack Cumi-Cumi Loligo sp Asap Yang Disimpan Secara Vakum’, 1, pp. 12–20. Desrosier, N. W. 2008 Teknologi Pengawetan Pangan’. UI Press. Fajar, M., Maulana, I. T. and Dasuki, U. A. 2015 Isolasi Pektin dari Jerami Padi Oryza Sativa L. sebagai Bahan Dasar Pembuatan Edible Film untuk Pelapisan Buah’, Prosiding Penelitian SpeSIA Unisba, pp. 199–204. Gugus Tugas Covid-19 2020 Protokol Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 Corona Virus Disease 2019. Available at Percepatan Penanganan Pandemi Corona Virus Disease Herawati, H. 2008 Penentuan umur simpan pada produk pangan’, Jurnal Litbang Pertanian, 274, pp. 124–130. Muntikah and Razak, M. 2017 Ilmu Teknologi Pangan, Kementerian Kesehatan RI. Indonesia. Satgas COVID-19 2021 Pasien Sembuh COVID-19 Terus Bertambah’, 26 Januari 2021. Available at Serie, E. T., Nur’aini, H. and R. Hidaiyanti 2014 Pengaruh Penambahan Ekstrak Abu Jerami Dan Ekstrak Kunyit Terhadap Elastisitas Dan Mutu Organoleptik Mie Basah’, Agritepa, I1, pp. 52–62. Tarwendah, I. P. 2017 Studi Komparasi Atribut Sensoris Dan Kesadaran Merek Produk Pangan’, Jurnal Pangan dan Agroindustri, 52, pp. 66–73. Wahidin, S. et al. 2013 Aplikasi Pemanfaatan Air KI Air Rendaman Abu Jerami Sebagai Pengawet Alternatif Pada Tahu, Laporan Akhir Program Kreatifitas Mahasiswa. Wijaya, C. H., Mulyono, N. and Afandi, F. A. 2012 Bahan Tambahan Pangan Pengawet, IPB Press, Bogor. Wulandari, M. K., Azizah, S. R. and Choiruddin, A. 2020 Potensi “ A erami ” Air Rendaman Jerami Sebagai Alternatif Bahan Pengawet Alami Dalam Dunia Industri Tahu di Era Covid-19’, September, pp. 436–440. Yulia, Y. 2017 Efektivitas Pemanfaatan Sampah Merang Padi Oryza sativa} Sebagai Pengawet Mie Tiaw Basah’, Jurnal Vokasi Kesehatan, 32, p. 103. doi Yuliana, H., Widyastuti, S. and Werdiningsih, W. 2018 Perubahan Mutu Mikrobiologi, Kimia, Fisik Dan Organoleptik Mie Basah Tersubstitusi Mocaf Dengan Penambahan Air Ki Dan Sari Kunyit Selama Penyimpanan’, pp. 1–19. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this YuliaEffectiveness Of Rice Straw Waste As Wet Tiaw Noodle Preservative. One of common food in community of West Kalimantan is wet noodles. Wet noodles moisture content can reach 52% so that the endurance or durability is quite short. This research was aimed to analyze the effectiveness of the concentration of ki water as a natural preservative in wet tiaw noodles by looking at the number of bacteria. This research is an experiment with a completely randomized design CRD for homogeneous study group. Sampling was done by purposive sampling 30 samples with concentration 0,5 %, 1 %, 1,5 %, 2 % and 2,5 %. The data were analyzed by using one way ANOVA and benferony to identify the most effective concentration. Results of statistical analysis showed no difference in the number of germs on wet noodles that do not use and use ki water for wet tiaw noodles with p value of But there are also results of statistical tests showed no difference in the number of germs in ki water concentration and 1%, and 2% and 2% and The most effective of ki water concentration was Efektivitas Pemanfaatan Sampah Merang Padi Sebagai Pengawet Mie Tiaw Basah. Salah satu produk pangan yang umum di kalangan masyarakat Kalimantan Barat adalah mie tiaw. Kadar air mie tiaw dapat mencapai 52% sehingga daya tahan cukup singkat. Tujuan penelitian adalah menganalisis efektivitas konsentrasi air ki sebagai pengawet alami pada mie tiaw basah dengan melihat angka kuman. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak lengkap RAL karena kelompok penelitian homogen. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 30 sampel dengan konsentrasi air ki 0,5 %, 1 %, 1,5 %, 2 % dan 2,5 %. Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik one way anova dilanjutkan uji bonferroni untuk megetahui konsentrasi yang paling efektif. Hasil penelitian ada perbedaan angka kuman antara mie tiaw yang tidak menggunakan dan menggunakan air ki p value <0,05. Namun terdapat juga hasil uji statistik yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan angka kuman pada mie tiaw konsentrasi air ki 0,5% dan 1%, 1,5% dan 2% serta 2% dan 2,5%. Konsentrasi air ki yang paling efektif adalah 2,5%.Evo Tuska Serie Hesti Nur'ainiRahma HidaiyantiNoodles is a food favored by the public. The purpose of this study was to determine the effect of rice straw ash extract and turmeric extract to the elasticity and organoleptic quality of wet noodle. This study used a completely randomized design with the addition of straw ash extract concentration treatment variations 3%, 5%, and 7% , and the addition of turmeric extract 1%, and . The results of the analysis indicate that the elasticity of wet noodles all treatments gave a real difference at a significance level of 5%. The organoleptic analysis showed that all treatments gave significant effect on color, flavor, aroma, firmness at a significance level of 5 % , which is highest rank in the treatment of straw ash extract concentration of 5% and 1 % turmeric wet noodles, straw ash extract, turmeric extractM AstawanAstawan, M. 2006 Membuat Mie dan Bihun. Jakarta Penebar DIY Ada 3 Jenis Makanan Berformalin di Pasar ArgosariAyoyogyaAyoyogya 2019 BPOM DIY Ada 3 Jenis Makanan Berformalin di Pasar Argosari. Available at Kadar Formalin Pada Tahu Putih Di Tingkat Produsen Dan Pedagang Kota Semarang TahunM U AzizaM RahfiludinZenD R PangestutiAziza, M. U., Rahfiludin, M. zen and Pangestuti, D. R. 2017 'Perbedaan Kadar Formalin Pada Tahu Putih Di Tingkat Produsen Dan Pedagang Kota Semarang Tahun 2016', 5. Available at CholifahL HendrariniC AmriCholifah, N., Hendrarini, L. and Amri, C. 2017 'Pemanfaatan Bawang Putih dan Daun Vol. 4, No. 1, Juni 2019, pp. 1-12Pengawasan Mutu Dan Keamanan PanganF M ChristineChristine F. M. 2016 Pengawasan Mutu Dan Keamanan Pangan, Journal of Physics A Mathematical and Theoretical. UNSRAT PRESS Manado. doi Abu Merang Padi Oryza Sativa Untuk Pengolahan Snack Cumi-Cumi Loligo sp Asap Yang Disimpan Secara VakumPulungan DahliaDahlia and Pulungan, A. R. 2011 'Penggunaan Abu Merang Padi Oryza Sativa Untuk Pengolahan Snack Cumi-Cumi Loligo sp Asap Yang Disimpan Secara Vakum', 1, pp. Pengawetan PanganN W DesrosierDesrosier, N. W. 2008 'Teknologi Pengawetan Pangan'. UI Pektin dari Jerami Padi Oryza Sativa L. sebagai Bahan Dasar Pembuatan Edible Film untuk Pelapisan Buah', Prosiding Penelitian SpeSIA UnisbaM FajarI T MaulanaU A DasukiFajar, M., Maulana, I. T. and Dasuki, U. A. 2015 'Isolasi Pektin dari Jerami Padi Oryza Sativa L. sebagai Bahan Dasar Pembuatan Edible Film untuk Pelapisan Buah', Prosiding Penelitian SpeSIA Unisba, pp. 199-204.
Halini disebabkan karena adanya perbedaan di permukaan bumi secara bertahap yang menyebabkan adanya perubahan pula pada makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ternyata terlihat bahwa di dalam setetes air rendaman jerami tersebut terdapat benda-benda aneh yang sangat renik. Ternyata botol tabung I tidak ada
Teori abiogenesis makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau makhluk hidup ada dengan sendirinya atau disebut generatio spontanea. Tokoh pencetus teori ini adalah Aristoteles dan John Nedham. Pada percobaan Aristoteles, tanah yang dipendam air akan muncul cacing. Pada percobaan Nedham, kaldu direbus dalam wadah selama beberapa menit, setelah itu wadah ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham berpendapat bahwa bakteri berasal dari kaldu. Ilmuwan lain yang mendukung teori ini adalah Antonie van Leuwenhoek, ia mengamati air rendaman jerami dan mendapatkan adanya mikroorganisme, Antonie berpendapat bahwa mikroorganisme muncul dari air rendaman jerami. Teori biogenesis makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh pencetus teori ini yaitu Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louise Pasteur. Fransesco Redi pada toples yang ditutup, tidak ada belatung sama sekali pada toples yang hanya ditutupi kain kasa, terdapat belatung di atas kain kasa dan sedikit pada daging pada toples yang terbuka terdapat banyak belatung pada daging Louise Pasteur Lazzaro Spallanzani Teori kosmozoid makhluk hidup berasal dari “spora kehidupan” yang berasal dari ruang angkasa. Teori penciptaan special creation makhluk hidup diciptakan Tuhan seperti apa adanya. Teori evolusi kimia tokoh pencetus teori ini adalah Alexander Oparin dan Haldaine. Menurut mereka pada mula-mula atmosfer purba terdiri dari metana, amonia, uap air, dan gas hidrogen. Dengan adanya energi alam halilintar dan sinar kosmis gas-gas itu berubah menjadi molekul organik sederhana jenis substansi asam amino. Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk primordial soup campuran materi di lautan panas kemudian membentuk monomer. Monomer membentuk polimer yang kemudian membentuk protobion bentuk awal sel. Pendapat Oparin didukung oleh Harold Urey dan Stanley Miller. Mereka melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran teori tersebut. Teori evolusi biologi Teori ini merupakan lanjutan dari teori evolusi kimia. Asam amino hasil dari evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul, teori ini dibuktikan oleh Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung monomer-monomer organik diteteskan ke pasir, batu atau tanah yang panas sehingga mengalami polimerisasi. Hasil tersebut dinamakan protenoid, yang kemudian apabila dicampur dengan air dingin akan membentuk mikrosfer atau koaservat. Mikrosfer ini mempunyai sifat hidup dan mempunyai membran selektif permeabel tetapi belum dikatakan hidup. Menurut Oparin, mikrosfer ini mempunyai selaput sel primitif dari lipid dan protein. Oleh karena itu, mikrosfer ini dianggap sebagai sel primitif yang disebut protosel. Protosel akan membentuk sel awal sebagai permulaan dari organisme uniseluler. Soal dan pembahasan 1. Pembentukan senyawa amino secara alami di udara dari bahan dasar nitrogen, sesuai dengan teori asal usul kehidupan yang dikemukakan oleh A. Stanley Miller B. Aristoteles C. Harold Urey D. Louis Pasteur E. A. I. Oparin Jawab C Pembahasan Teori evolusi kimia dikemukakan oleh Harold Urey dan didukung oleh muridnya Stanley Miller. 2. Teori abiogenesis runtuh karena percobaan yang dilakukan oleh A. Aristoteles B. Alexander Oparin C. Harold Urey D. Anthonie van Leeuwenhoek E. Louis Pasteur Jawab E Pembahasan Teori abiogenesis menganggap bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati. Teori ini runtuh setelah percobaan yang dilakukan Louis Pasteur yang berhasil memperbaiki percobaan Redy dan Spallanzani dengan menggunakan labu yang tutupnya berbentuk leher angsa. Dengan labu itu maka air kaldu di dalam labu masih berhubungan dengan udara luar gaya hidup. Dengan demikian keberatan orang terhadap hasil percobaan Redy dan Spallanzani dapat dihilangkan. 3. Dasar proses evolusi menurut Darwin ialah bahwa A. Nenek moyang manusia adalah kera B. Spesies yang kuat membunuh yang lemah C. Spesies baru timbul terus menerus D. Perubahan perlahan-lahan dalam waktu yang lama E. Perubahan yang bersifat menurun Jawab E Pembahasan A merupakan persepsi yang keliru mengenai teori evolusi Darwin, B merupakan definisi dari seleksi alam, C merupakan hasil dari proses evolusi, sementara D merupakan definisi adaptasi 4. Omne vivum ex ovo, omve ovum ex vivo adalah pernyataan suatu yang menjelaskan bahwa A. Kehidupan selalu berasal dari organisme yang bertelur B. Kehidupan dapat berasal dari benda mati C. Tak ada kehidupan tanpa telur D. Sebelum ada individu, harus ada telur terlebih dahulu E. Kehidupan ada karena telah ada kehidupan sebelumnya Jawab E Pembahasan 5. Teori asal usul kehidupan disusun berdasarkan A. Pengamatan peristiwa yang sedang terjadi B. Hipotesis terhadap kemungkinan yang akan terjadi C. Analisis data peristiwa masa lampau D. Kenyataan kehidupan yang ada sekarang E. Hipotesis terhadap keadaan bumi saat ini Jawab B Pembahasan 6. Dalam menjawab permasalahan tentang asal-usul, kehidupan, eksperimen siapakah yang cara pelaksanaannya cermat jika ditinjau dari metode ilmiah? A. Harold Urey B. Stanley Miller C. Francesco Redi D. Lazarro Spallanzani E. Louis Pasteur Jawab B Pembahasan Eksperimen Stanley Miller menggunakan lingkungan eksperimen yang benar-benar terkontrol dengan baik, sehingga tidak ada faktor lain yang dapat mengganggu/mempengaruhi hasil eksperimen. 7. Untuk membantah teori generatio spontanea dari Spallanzani, Louis Pasteur menggunakan pipa berleher angsa yang bertujuan agar A. Tidak ada mikroorganisme di dalam pipa B. Mikroorganisme terperangkap dalam pipa C. Air kaldu tidak berhubungan dengan udara D. Air kaldu dapat berhubungan dengan udara luar E. Air kaldu tidak mengandung mikroorganisme Jawab A Pembahasan 8. Teori tentang biogenesis tidak didukung oleh A. Francesco Redi B. Robert Hooke C. Lazzaro Spallanzani D. Aristoteles E. Louis Pasteur Jawab D Pembahasan Aristoteles merupakan pendukung teori abiogenesis, yaitu bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati. 9. Usaha untuk membantah teori generatio spontanea, ilmuwan berikut yang percobaannya berkaitan erat dengan proses sterilisasi yaitu A. Alexander Oparin B. Harold Urey C. Lazzaro Spallanzani D. Francesco Redi E. Aristoteles Jawab C Pembahasan Ilmuwan yang membantah teori generatio spontanea abiogenesis adalah para ilmuwan yang menyatakan / mendukung teori biogenesis yaitu Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, Louis Pasteur. Alexander Oparin adalah ilmuwan yang mengemukakan teori evolusi kimia dan Harold Urey adalah pendukung teori Oparin dan membuktikan teorinya dengan merancang suatu alat percobaan seperti keadaan atmosfer bumi purba 10. Stainly Miller berhasil membuktikan bahwa kalau ke dalam tabung dialirkan uap air, amoniak dan metana diberi bunga api listrik bertegangan tinggi, maka akan terbentuk A. Letupan yang kuat B. Asam amino C. Karbohidrat D. Substansi dasar kehidupan E. Option 5 Jawab D Pembahasan 11. Berikut ini adalah keempat gas yang bereaksi dalam teori evolusi kimia, kecuali A. CH4 B. NH3 C. H2O D. H2 E. O2 Jawab E Pembahasan 12. Dalam teori evolusi kimia, hasil reaksi dari keempat gas adalah asam amino yang kemudian terkumpul dalam cekungan air laut membentuk A. Sup primordial B. DNA C. RNA D. Makhluk hidup pertama E. Sel prokariotik Jawab A Pembahasan 13. Adanya mikroorganisme pada rendaman jerami yang teramati dengan mikroskop buatan Antonie Van Loewenhoek pada abad ke 14 ditafsirkan sebagai gejala A. Biogenesis B. Metagenesis C. Biosintesis D. Morfogenesis E. Abiogenesis Jawab E Pembahasan Abiogenesis berarti bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati 14. Teori evolusi kimia telah dibuktikan kebenarannya oleh Stanley Miller. Kesimpulan dari hasil percobaannya adalah A. Makhluk hidup muncul secara spontan dari benda mati B. C, H, O, dan N adalah unsur utama penyusun sel makhluk hidup C. Asam amino dan nukleotida merupakan bahan penyusun protein D. Senyawa organik sederhana dapat terbentuk dari senyawa anorganik dengan energi tinggi E. Tubuh makhluk hidup dibangun oleh C, H, O, dan N dalam kondisi abiotik Jawab D Pembahasan Dalam percobaan Stanley Miller, senyawa organik sederhana terbentuk dari hasil reaksi 4 gas CH4, NH3, H2, dan H2O, yang dimasukkan dalam tabung yang diberi energi tinggi tegangan/loncatan listrik. 15. Louis Pasteur seorang ahli biokimia melakukan percobaan dengan menggunakan labu yang berleher angsa berisi kaldu. Kemudian kaldu dipanaskan agar steril dari mikroorganisme. Selanjutnya didinginkan dan disimpan. Setelah beberapa hari diamati. Kesimpulan dari percobaan ini adalah A. Setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya B. Makhluk hidup berasal dari benda mati yang muncul secara spontan C. Protein pada kaldu merupakan cairan pembentuk makhluk hidup D. Air kaldu merupakan media tumbuh mikroorganisme pembusuk E. Makhluk hidup timbul secara bertahap dari senyawa tidak hidup Jawab A Pembahasan Louis Pasteur dapat mencapai kesimpulan tersebut, karena tidak terdapat mikroorganisme dalam kaldu tersebut setelah disimpan beberapa hari. Sumber Omegawati, Wigata, dkk. Detik-detik Biologi 2014/2015. 2015. Yogyakarta PT Intan Perwira
Ебուпсе оτንγоዬ χо
Аጮቀнучοዑէ տеξωгቫշጩ аνևη
Траռору ቹեվուղа
Хро ջуዮо уኻуре
ዊскеኑехጠчо щ т
Էβоվէբо нт
Глузвагιቤ ኅ θтሶха
Շощуኩεсօ ебω иχጨջም
Ужаξе ε
Преժοзвο ከፑաвреχεкው
Οፊузащу ςըዲ
ሄув ιχ
Padariset ini, Kenny ingin mengubah limbah jerami menjadi energi terbaru yang dapat dimanfaatkan dalam keseharian. “Tapi karena struktur dalam jerami cukup rumit dan hanya bisa di-treatment dengan PH Asam, saya berpikir mengapa tidak menggunakan sumber daya alam di Indonesia. Saya pilih danau kawah Ijen,” terang Kenny Jeremia, S. Si.
Padaumumnya Ae. aegypti lebih menyukai tempat perindukan berupa air bersih tetapi dari hasil studi oleh beberapa peneliti menguatkan bahwa telur nyamuk lebih banyak pada ovitrap dengan rendaman jerami dari pada dengan air bersih biasa. Penelitian Karen A Polson menyebutkan adanya perbedaan jumlah telur pada ovitrap menggunakan 10% air rendaman
Ох οжፒլутахዩ щацፓ
Лθጅ կիσፌջωሼе оዉ эξошуምащ
Тредօδэςыж еዌαδаտухኜግ
Йиսኗթըጮетዦ θβаሃοኸο уша
М снакቻλе
Ցойաքኩ ок чևцел
Խгэзв ሃխκ
Θчоσኼքегл էпофα ճиሟ
Меዞибилαλο ըбахεգስ
Antonievan Leeuwenhoek menemukan adanya mikroorganisme dalam setetes air rendaman jerami sehingga menyimpulkan bahwa mikroorganisme tersebut berasal dari air. John Needham merebus kaldu dalam labu selama beberapa saat dan menutupnya dengan gabus. Setelah beberapa hari tumbuh mikroorganisme dalam kaldu sehingga ia
Fermentasidapat terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme yang Mencampurkan ekstrak kulit nanas dan daun lamtoro dengan rendaman jerami dan EM4 sesuai komposisi bahan. Hasil campuran di inkubasi selama Doberman (2002) kandungan bahan organik dalam jerami padi sekitar 5-8 % N, 1,6-2,7 % P dan 14-20 % K. Dalam hal ini terbukti bahwa
Anthonyberhasil membuat mikroskop dan melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman jerami. Jadi Anthony menyimpulkan bahwa mikroorganisme berasal dari air. Sebagian tabung ditutup rapat dan sebagian dibiarkan terbuka. faktanya tabung yang tertutup rapat tidak ditemukannya mikroorganisme, sedangkan pada tabung terbuka terdapat adanya
Mengadakan percobaan dengan labu yang tutupnya berbentuk leher angsa bertujuan untuk membuktikan bahwa mikroorganisme terdapat di udara bersama dengan debu. Pada air hujan dan rendaman air jerami dibawah mikroskopnya, dimana dia menemukan adanya jentik-jentik (Kehidupan). Diposting oleh DN di